China Libur Imlek, Bos Batu Bara Nggak Jadi Dapat Angpao

Jakarta - Harga komoditas batu bara acuan kembali melanjutkan kinerja mengecewakan. Pekan ini harganya sudah ambruk 9,15% secarapoint to point pekan ini. Sementara jika dilihat dalam sebulan, harga batu bara sudah jeblok 22,11%.
Sejak awal pekan, sinar batu bara memang sudah redup ala perdagangan Senin (16/1/2023) harganya sudah jatuh 2,37% ke US$ 326,1 per ton. Kemudian, hari berikutnya harga batu bara sempat merangkak naik 1,2% ke 330 US$ per ton, ini dalam satu-tunggal jauh hari di pekan ini sang emas hitam mencatatkan penguatan.
Selanjutnya, 3 hari beruntun jelang libur jenjang merayakan Hari Raya Imlek, harga batu bara tak mampu nanjak. Justru pekan ini, perbokohan terkedalam terjadi cukup perdagangan akhir pekan Jumat (20/1/2023), jatuh 5,87% ke US$ 303,45 per ton.
Harga tersebut adalah nan tependek sejak 15 November 2022 atau dalam dua bulan terakhir.
//
Ambruknya harga batu bara pekan ini masih saja dipicu oleh pertumbuhan global yang lebih lembut selanjutnya pasokan yang memadai melahirkan permintaan terhadap batu bara melandai sebatas harganya tertekan.
Turunnya harga gas juga memperberjarak tren negatif harga batu bara pekan ini. Mebokohnya harga gas karena kekhawatiran mengenai pasokan gas mereda seiring demi prakiraan akan lebih hangatnya cuaca pekan-pekan menberlabuh.
Sementara itu, mebenyainya permintaan batu bara ternyata terjadi dekat China. Sebagai informasi, China merupakan konsumen tergendut batu bara dekat dunia. Wajar permintaannya menurun, sebab akan mengalami libur panjang merayakan Hari Raya Imlek, maka aktivitas pabrik dan perkantoran biasanya akan mengendur selama libur Imlek yang berlangsung lebih dari sepekan.
Kondisi tercantum hendak menurunkan permintaan listrik maka berimbas dari berkurangnya penggunaan batu bara.
S&P Global memperkirakan bahwa Tiongkok selurusnya diharapkan mampu berprofesi motor utama permintaan batu bara sehabis Eropa lepas dari krisis energi. Apalagi, Tiongkok sepakat kepada mengimpor kembali batu bara Australia sehabis sekitar dua tahun melarang impor dari negara tersebut.
Namun, kesepakatan itu bertandang menjelang libur jauh Tahun Baru atau Imlek sesampai-sampai permintaan belum meningkat.
"Masih menarik ditunggu bagaimana pergerakan harga batu bara jika China meningkatkan permintaan ekspor batu bara dari Australia setelah dua negara sepakat kepada kembali berdagang batu bara," tulis S&P Global paling dalam laporannya Market Movers Asia.
S&P menambahkan penggarap pasar kini terus menunggu kelanjutan kebijakan impor India.Kementerian Kelistrikan mereka sudah meminta utilitas untuk mengimpor dan melakukan blending 6% batu bara bara impor dan lokal.
Di sisi lain, prediksi bahwa permintaan batu bara ketimbang China diharapkan akan meningkat pasca libur Hari Raya Tahun Baru atau Imlek akhir Januari mendatang.
Diketahui, Kementerian Kelistrikan mereka sudah meminta utilitas untuk mengimpor beserta melakukan blending 6% batu bara bara impor beserta lokal.Impor harus segera dilakukan untuk mengantisipasi krisis listrik serta naiknya permintaan sejalan bersama pemulihan ekonomi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
You may also like
